LAPORAN PRAKTIKUM PENGELOLAAN GULMA DAN TEKNIK APLIKASI PESTISIDA

Laporan Praktikum Pengolahan Gulma Dan Teknik Aplikasi Pestisida

A.  Tujuan

1.    Mengetahui cara penyiangan gulma

2.    Mengetahui cara olah tanah

3.    Mengetahui cara kalibrasi

B.  Pendahuluan

Gulma merupakan tumbuhan yang tidak di kehendaki keberadaannya atau tumbuhan yang belum diketahui kegunaannya. Persaingan antara gulma dan tanaman yang diusahakan oleh para petani biasanya mengambil zat-zat makanan dan air di dalam tanah dan penerimaan sinar matahari untuk proses fotosintesis yang menimbulkan terjadinya kerugian-kerugian dalam produksi tanaman baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Kerugian akibat gangguan gulma lebih besar bila dibandingkan dengan kerugian yang ditimbulkan oleh hama dan penyakit yang umumnya hanya timbul sebagai masalah besar (wabah) hanya pada waktu-waktu tertentu saja. Dalam pengembangan teknologi pertanian, terdapat banyak segi-segi secara langsung yang mampu memicu pertumbuhan gulma diantaranya adalah penanaman dalam barisan, jarak tanam yang lebar antara barisan tanaman monokultur, penyiangan, penggunaan alat-alat besar dan mekanisasi, pengairan dan sebagainya.

Perkebunan di Desa Karangrejo, Kecamatan Petanahan, Kabupaten Kebumen, Provinsi Jawa Tengah yang ditanami komoditas tanaman Jagung Varietas NK6326 dengan jarak tanam 20 cm x 70 cm pada umur 21 Hst  terdapat 3 jenis gulma diantaranya adalah gulma tekian (sedges), gulma rumputan (grasses) dan gulma berdaun lebar (broad leaves). Untuk mengurangi pertumbuhan gulma yang ada di Desa Karangrejo dapat dilakukan melalui penyiangan yang terdiri dari beberapa cara, diantaranya adalah penyiangan yang dilakukan secara manual, menggunakan herbisida yang terdiri dari herbisida Kalaris dan Gramoxone.

Penyiangan secara manual dilakukan pada 2 kali dalam satu musim yaitu pada tanaman yang berumur 10 hst dan 20 hst dengan cara membuang gulma disekitar tanaman jagung dengan cangkul dan membunbun tanah pada bedengan tanaman jagung tersebut. Penyiangan dengan menggunakan herbisida Kalaris dilakukan dalam 1 kali semusim pada saat umut tanaman 10-15 hst yang diberikan dengan dosis sekitar 1-1,5 liter/ha. Kalaris tersebut memiliki kemampuan untuk membunuh gulma yang baru tumbuh dan termasuk herbisida selektif yang hanya membasmi gulma dan tidak mengganggu pertumbuhan tanaman Jagung varietas NK6326 dan bersifat sistemik yaitu membasmi gulma sampai ke dalam jaringan dan metabolismenya. Penyiangan dengan menggunakan herbisida Gramoxone dilakukan pada saat tanaman jagung berumur 3 minggu dan 5 minggu masing-masing sebanyak 1,5 liter / ha. Gramoxone tersebut termasuk herbisida non-selektif dan bersifat kontak yaitu gulma yang terkena akan langsung menguning dan hanya berkerja pada zat hijau daun.

Untuk sistem olah tanah yang telah dikembangkan di Desa Karangrejo terdiri dari tiga jenis olah tanah, yaitu olah tanah sempurna (OTS), olah tanah minimum (OTM), dan tanpa olah tanah (TOT). Pada olah tanah sempurna (OTS) pengolahan tanah dilakukan sebanyak tiga kali dengan menggunakan traktor sampai kedalaman mata bajak 30 cm. Tujuan dari olah tanah sempurna ini adalah untuk membalik tanah agar terjadi sirkulasi udara untuk pertumbuhan akar tanaman. Setelah itu tiga hari kemudian dilakukan pencangkulan dan penggaruan agar tanah menjadi rata. Pada olah tanah minimum (OTM) dilakukan dengan mencangkul tanah pada barisan yang akan ditanami dengan lebar 40 cm. Tanah di cangkul sedalam 15-20 cm agar dapat menghancurkan bongkahan tanah yang besar. apabila ada pertumbuhan gulma dapat dikendalikan dengan menggunakan herbisida. Mulsa gulma atau tanaman sebelumnya diperlukan untuk menutupi permukaan lahan. Olah tanah minimum biasanya diterapkan pada tanah yang mempunyai tekstur ringan yang tidak memberikan perbedaan hasil dibandingkan pengolahan tanah sempurna. Pada tanpa olah tanah (TOT) merupakan bentuk yang paling sederhana karena tanah tidak perlu diolah dibiarkan tidak terganggu kecuali alur kecil atau lubang tugalan untuk penempatan benih. Sebelum tanam, gulma dikendalikan dengan herbisida layak lingkungn, yaitu yang mudah terdekomposisi dan tidak menimbulkan kerusakan tanah dan sumberdaya lingkungan lainnya.

Tindakan pengendalian OPT dilapangan harus dilaksanakan dengan perlakuan yang tepat yaitu tepat Sasaran, tepat Jenis Pestisida, tepat dosis dan konsentrasi , tepat cara dan tepat waktu.  Untuk memenuhi ketepatan pengendalian tersebut  khususnya tepat dosis/konsentrasi dan tepat cara aplikasi dibutuhkan suatu perlakuan terhadap alat yang dipergunakan berupa pengukuran alat semprot yang disebut kalibrasi. Dalam kebanyakan kasus kalibrasi adalah menentukan volume semprot. Sesudah volume semprot diketahui, kita dapat memperhitungkan konsentrasi (bila dosis diketahui) dan dosis (bila konsesntrasi ditentukan) untuk penggunaan yang sesuai. Biasanya volume semprot dipengaruhi oleh kecepatan aplikasi, lebar gawang dan curah (flow rate).

C.  Penutup

Kesimpulan dari hasil praktikum pengelolaan gulma dan teknik aplikasi pestisida adalah:

a.       Cara penyiangan gulma yang dilakukan terdiri dari 3 cara, diantaranya penyiangan secara manual, dan penyiangan dengan menggunakan herbisida yang terdiri dari Gramoxone yang bersifat nonselektif dan kontak serta Kalaris bersifat selektif dan sistemik.

b.      cara olah tanah yang dilakukan di Desa Karangrejo ada tiga cara yaitu sistem olah tanah sempurna (OTS), sistem olah tanah minimum (OTM), dan tanpa olah tanah (TOT).