Minggu, 05 Januari 2014

Hormon Auksin dalam Dominasi Apikal




     Meristem adalah jaringan yang sel-selnya tetap bersifat embrional artinya mampu terus menerus membelah diri tak terbatas untuk menambah jumlah sel tubuh (Setjo, 2004). Sel penyusun meristem biasanya isodioometrik dan berdinding tipis serta realtif lebih kaya protoplas dibandingkan dengan sel-sel jaringan dewasa walaupun tidak menemukan kriteria umum secara morfologis untuk membedakan sel meristem dan sel jaringan dewasa yang belum mengalami spesialisasi. Kemungkinan sl-sel meristematik yang besar atau suatu sel inisiasi, atau sel yang dekat dengan sel inisial makin besar makin banyak vakuolanya. Pada permulaan perkembangan lembaga, semua sel membelah terus tetapipada pertemuan dan perkembangan selanjutnya pembelahan sel dan pertambahan  jumlah sel menjadi terbts pada daerah yang sangat sedikit mengalami diferensiasi yaitu suatu jaringan yang tetap bersifat embrionik di dalam jaringan dan sel-selnya tetap mempunyai kemampuan membelah. Jaringan embrionik didalam jaringan dewasa ini yang kita sebut jaringan meristem (Setjo, 2004).


Berdasarkan posisi meristem pada tumbuhan meristem dibagi sebagai berikut (Setjo, 2004):
1. Meristem apikal, yang terdapat pada pucuk sumbu batang dan akar pokok serta cabangnya.
2. Meristem interkalar, yang terdapat diantara jaringan dewasa seperti jaringan pada pangkal ruas rumput-rumputan.
3. Meristem lateral, yang letaknya pararel dengan lingkaran organ tempat meristem tersebut ditemukan.

Meristem apikal berasal dari organ lain tidak berasal dari embrio tetapi berasal dari jaringan sekunder yang sudah dewasa seperti meristem sekunder meskipun struktur dan fungsinya adalah meristem primer. Meristem apikal dibagi menjadi dua daerah penting yaitu: promeristem, prokambium dan meristem dasar yang dapat dibedakan. Promeristem akan menghasilkan sistem epidermal, meristem apikal daerah prokambium menghasilkan jaringan pengangkut primer dan meristem dasar akan membentuk jaringan dasar pada tumbuhan seperti parenkima dan sklerenkima dan korteks dan empulur serta kolenkima korteks. Di dalam pertumbuhan tanaman terdapat adanya dominansi pertumbuhan dibagian apeks atau ujung organ, yang disebut sebagian dominansi apikal. Dominansi apikal diartikan sebagai persaingan antara tunas pucuk dengan tunas lateral dalam hal pertumbuhan (Dahlia, 2001). Sedangkan menurut Chambell dominansi apikal merupakan konsentrasi pertumbuhan pada ujung tunas tumbuhan, dimana kuncup terminal secara parsial menghambat pertumbuhan kuncup aksilar. Dominansi apikal atau dominanis pucuk biasanya menandai pertumbuhan vegetatif tanaman yaitu pertumbuhan akar, batang dan daun. Dominansi apikal setidaknya berpengaruh dalam menghambat pertumbuhan lateral. Selama masih ada tunas pucuk, pertumbuhan tunas lateral akan terhambat sampai jarak tertentu dari pucuk (Dahlai, 2001). Dominasi pucuk dapat dikurangi dengan memotong bagian pucuk tumbuhan yang akan mendorong pertumbuhan tunas lateral.
               Thimann dan Skoog menunjukkan bahwa dominasi apikal disebabkan oleh auksin yang didifusikan tunas pucuk ke bawah (polar) dan ditimbun pada tunas lateral, hal ini akan menghambat pertumbuhan tunas lateral karena konsentrasinya masih terlalu tinggi. Konsentrasi auksin yang tinggi ini akan menghambat pertumbuhan tunas lateral yang dekat dengan pucuk (Dahlia, 2001). Auksin diproduksi secara endogen pada bagian pucuk tanaman yang akan didistribusikan secara polar yag mampu menghambat pertumbuhan tunas lateral. Auksin adalah zat yang ditemukan pada ujung kara, batang, pembentukan bunga yang berfungsi untuk pengatur pembesaran sel di daerah belakang meristem ujung. Hormon auksin adalah hormon pertumbuhan pada semua jenis tanaman nama lain dari hormon ini adalah IAA atau Asam Indol Asetat. Hormon auksin ini terletak pada ujung batang dan ujung akar, fungsi dari hormon auksin ini adalah membantu dalam proses mempercepat pertumbuhan baik pertumbuhan akar maupun pertumbuhan batang, mempercepat pematangan buah, mengurangi jumlah biji dalam buah. Pengaruh auksin terhadap pertumbuhan jaringan tanaman didga melalui (Anonim, 2008):
1. Mengiduksi sekresi ion H+ keluar sel melalui dinding sel. Pengasaman dinding sel menyebabkan K+ diambil dan pengambila ini mengurangi potensial air dalam sel. Akibatnya air masuk ke dalam sel dan sel membesar.
2. Mempengaruhi metabolisme RNA yang berarti metabolisme protein mungkin melalui trasnkripsi molekul RNA. Auksin sintetik yang sering digunakan dalam kultur jaringan tanmana tercantum di dalam tabel di bawah.
3. Memacu terjadinya dominansi apikal.
4. Dalam jumlah sedikit memacu pertumbuhan akar.

a. Contoh Hasil Percobaan Dominasi Apikal pada Tanaman Cabai
               Pada pertumbuhan tanaman terdapat persaingan antara tunas pucuk dengan tunas lateral dalam hal pertumbuhannya (Dahlia,2001). Selama masih ada tunas pucuk, pertumbuhan tunas lateral akan terhambat sampai jarak tertentu dari pucuk. Pada batang sebgaian besar, kuncup apikal memberi pengaruh yang menghambat kuncup terhadap tunas lateral dengan mencegah atau menghambat perkembangannya. Produksi kuncup yang tidak berkembang mengandung pertahanan pasif karena bila kuncup rusak kuncup samping akan tumbuh dan menjadi tajuk (Hilman,1984), Tamas (1987) dan Martin (1987). Dominansi apikal disebabkan oleh auksin yang didifusikan tunas pucuk ke bawah (polar) dan ditimbun pada tunas lateral, hal ini akan menghambat pertumbuhan tunas lateral karena konsentrasinya masih terlalu tinggi. konsentrasi auksin yang tinggi ini akan menghambat pertumbuhan tunas lateral yang dekat dengan pucuk. Pucuk apikal merupakan tempat produksi auksin, jika pucuk apikal (tunas pucuk) dipotong maka produksi auksin terhenti. Sehingga pada pengamatan ini dilakukan pemotongan pada tunas pucuk dengan harapan akan tumbuh tunas lateral yang mana peran auksin yang disentesis pada tunas pucuk akan terhenti dan pada pengamatan ini digantikan oleh beberapa jenis konsentrasi hormon auksin (IAA) yang berfusi dengan lanolin untuk mengetahui pertumbuhan tunas lateralnya.
Auksin sintetik seperti lenalin diperlukan karena jaringan dipisahkan dari sumber auksin alami. Perangsang pertumbuhan sintetik dalam campuran yang tepat merangsang kalus (pembentukan massa sel yang tidak terdiferensiasi), diferensiasi organ dan morfogenesis seluruh tanaman dari satu sel parankima. Lanolin yang memiliki kadar auksin /IAA 0,01% atau C10H9O2N merupakan suatu grup dan senyawa senyawa lain misalnya asam naftalin asetat (C6H10O2) dan asam 2,4 diklorofenaksi, asetat (C8H6O3Cl2) atau disingkat 2,4-D. Banyak lagi auksin lain dan sangat mudah untuk mwngetahui apakah senyawa itu auksin atau tidak. Efek karakteristik auksin adalah kemampuan untuk mendorong pembengkokan suatu benih dan efek ini berhubungan dengan adanya suatu grup atau di dalam molekul auksin tersebut (Suasono,1986).
               Auksin merupakan istilah genetik untuk subtansi pertumbuhan yang khususnya merangsang perpanjangan sel, tetapi auksin juga menyebabkan suatu kisaran respon pertumbuhan yang agak berbeda-beda. Respon auksin berhubungan dengan konsentrasinya. Konsentrasi yang tinggi bersifat menghambat (Gardner,1991). Auksin mengatur proses di dalam tubuh tanaman dalam morfogenesis. Misalnya kuncup lateral dan pertumbuhan akar dihambat oleh auksin namun permukaan pertumbuhan kar baru digalakkan pada jaringan kalus. Konsentrasi auksin yang berlebihan menyebabkan ketidaknormalan seperi epinasti (kelainan bentuk daun yang disebabkan oleh pertumbuhan yang tidak sama urat daun bagian ujung dan pangkalnya. Auksin mempengaruhi pengembangan dinding sel dimana mengakibatkan berkurangnya tekanan dinding sel terhadap protoplas. Maka karena tekanan dinding sel berkurang, protoplas mendapat kesempatan untuk meresap air dari sel-sel yang ada di bawahnya, karena sel-sel yang ada di dekat titik tumbuh mempunyai nilai osmotis yang tinggi. Dengan demikian diperoleh sel yang panjang dengan vakuola yang besar d daerah belakang titik tumbuh. Pada pengamatan ini pemotongan ujung batang tanaman lombok ini yang dapat tumbuh dengan cepat tunas lateralnya pada perlakuan 20 ppm auksin, selanjutnya pada pemberian 0 ppm (kontol), disusul data 10 ppm. Dan yang menunjukkan pertumbuhan tunas lateral paling lambat adalah pada pemberian konsentrasi 100 ppm. Hal ini diakrenakan dengan memotong bagian pemnajangan pada ujung batang, pada tumbuhan yang dipotong bagian ujungnya (kuncup/tunas apikal) akan terjadi penghentian produksi auksin oleh pucuk apikal maka auksin yang tertimbun di tunas lateral akan mengalami perubahan balik sehingga kadar auksin pada tunas lateral tersebut berkurang (Dahlia,2001). Sedangkan terjadinya penambahan konsentrasi IAA yang lebih tinggi dari kuncup yang sedang tumbuh sehingga kuncup terpacu pertumbuhannya diikuti oleh peningkatan jumlah dan konsentrasi IAA dikuncup tersebut. Beberapa hari /saat setelah pemotongan, konsentrasi IAA ditunas tersebut hampir 10 kali lebih banyak dibandingkan pada kuncup yang lebih lambat pada tumbuhan pembanding (Hillman,dkk.1997).
               Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada konsentrasi 0 ppm (kontrol) seharusnya menunjukkan pertumbuhan yang paling cepat dikarenakan pada potongan batang yang memanjang akibat pemberian auksin adalah sel epidermis dan untuk lapisan subepidermis (hipodermis, korteks dan empulur) mengandung sel yang ada di bawah tekanan sehingga mudah memanjang. Pemanjangannya terbatas karena sel tersebut terikat melalui polisakarida dinding sel yang bersambungan pada sel epidermis yang tidak dapat merenggang dengan cepat. Hasil keseluruhannya ialah lapisan sub epidermis memanjang sampai cukup menjadikannya dinding sel epidermis yang tumbuh lebih lambat agak tegang. Tegangan dalam dan renggangan luar akan mendorong epidermis tumbuh lebih cepat. Namun dindingnya tidak merenggang dengan cepat, kecuali auksin (Growton), diberi lebih banyak agar dinding lebih kendur (Cosgrove 1986 dan Kutshera, 1987). Potongan batang yang diberi auksin memberi respon dengan cara mengembangkan dinding epidermis yang sudah lebih kendur. kemudian sel epidermis yang menempel juga memanjang sehingga batang memanjang lebih cepat. Tetapi pada pengamatan yang lakukan tidak demikian konsentrasi 20 ppm menunjukkan pertumbuhan paling cepat dikarenakan data yang diambil seharusnya adalah jumlah tunas yang muncul dan pada bagian mana tunas yang pertama kali muncul apakah dekat dengan pemotongan atau jauh sehingga tidak dapat terkam pada data ini. A da konsentrasi 100 ppm tidak menunjukkan pertumbuhan tunas lateral karena semakin tinggi kadar konsentrasi auksin yang diberikan pada tanaman maka akan menghambat pertumbuhan tunas lateral, sebaliknya jika sedikit kadar auksin yang diberikan akan mempercepat pertumbuhan tunas lateral sebagaimana yang telah disebutkan diatas.

2. Hormon Auksin Dalam Pemanjangan Batang
               Sebagaimana diketahui bahwa auksin adalah jenis hormon penumbuh yang dibuat oleh tanaman yang berfungsi sebagai katalisator dalam metabolisme dan berperan sebagai penyebab perpanjangan sel. Auksin menginisiasi pemanjangan sel batang dengan cara mempengaruhi pengendoran /pelenturan dinding sel. Auksin memacu protein tertentu yang ada di membran plasma sel tumbuhan untuk memompa ion H+ ke dinding sel. Ion H+ ini mengaktifkan enzim tertentu sehingga memutuskan beberapa ikatan silang hidrogen rantai molekul selulosa penyusun dinding sel. Sel tumbuhan kemudian memanjang akibat air yang masuk secara osmosis. Setelah pemanjangan ini, sel terus tumbuh dengan mensintesis kembali material dinding sel dan sitoplasma. Tempat sintesis utama auksin pada tanaman yaitu di daerah meristem apikal tunas ujung.  IAA yang diproduksi di tunas ujung tersebut diangkut ke bagian bawah dan berfungsi mendorong pemanjangan sel  batang.  IAA mendorong pemanjangan sel  batang hanya pada konsentrasi tertentu yaitu 0,9 g/l. Di atas konsentrasi tersebut IAA akan menghambat pemanjangan sel batang. Pengaruh menghambat ini kemungkinan terjadi karena konsentrasi  IAA  yang tinggi mengakibatkan  tanaman mensintesis ZPT lain yaitu etilen yang memberikan pengaruh berlawanan dengan IAA. IAA merupakan salah satu senyawa auksin alami. Pada batang, IAA bergerak secara basipetal, artinya IAA bergerak menuju dasar, bahkan jika batang dibalikkan.
               Pada batang, auksin akan berkumpul di bawah permukaan batang yang menyebabkan sel-sel jaringan di bawah permukaan batang tersebut akan tumbuh lebih cepat dari sel-sel jaringan di atas permukaan batang. Karena sifat hormon auksin sangat peka terhadap panas/sinar. Auksin akan rusak dan berubah menjadi suatu zat yang justru akan menghambat terjadinya pembelahan sel-sel pada daerah pemanjangan batang, sehingga pertumbuhan sel-sel batang yang terkena sinar matahari akan menjadi lebih lambat dibandingkan dengan sel-sel jaringan pada sisi batang yang tidak terkena sinar matahari.


3. Hormon Auksin dalam Diferensiasi Sel
               Auksin berpengaruh besar terhadap aktifitas metabolisme (Hedden and Thomas, 2006) yang berkontribusi pada koordinasi dan integrasi pertumbuhan dan perkembangan tanaman sebagai respon fisiologis terhadap lingkungan (Hagen et al., 2004). Secara umum, peran fisiologis auksin adalah mendorong pemanjangan sel, diferensiasi jaringan xilem dan floem serta pembentukan akar (Pollard and Walker, 1990). Dalam kultur in vitro, peran auksin adalah untuk merangsang pertumbuhan kalus, akar, pembelahan dan pemanjangan sel dan organ (Pierik, 1987), dan memacu dominansi apikal pada jaringan meristem (Friml, 2003). Auksin berfungsi dalam pengembangan sel-sel yang ada di daerah belakang meristem (Dwijoseputro, 1992). Sel-sel tersebut menjadi panjang-panjang dan banyak berisi air. Ternyata auksin mempengaruhi pengembangan dinding sel, yang mengakibatkan berkurangnya tekanan dinding sel terhadap protoplas. Karena tekanan dinding sel berkurang, protoplas mendapat kesempatan untuk meresap air dari sel -sel yang ada di bawahnya, karena sel-sel yang ada di dekat titik tumbuh mempunyai nilai osmosis yang tinggi. Dengan demikian kita peroleh sel yang panjang dengan vakuola yang besar di daerah belakang titik tumbuh.
Selain itu Gunawan (1992), melaporkan bahwa pengaruh auksin terhadap pertumbuhan jaringan tanaman, diduga melalui dua cara :
a. Menginduksi sekresi ion H+ keluar sel melalui dinding sel. Perangsangan dinding sel menyebabkan susunan matrix dinding sel merenggang. Sebagai akibat dari merenggangnya susunan matrix dinding sel, air masuk ke dalam sel, sehingga sel membesar.
b. Mempengarui metabolisme RNA yang berarti metabolisme protein, mungkin melalui transkripsi molekul RNA.
Campbell dan Reece (2002) menyatakan suatu hipotesis tentang proses pemanjangan sel karena auksin yang disebut acid growth hypothesis. Auksin menstimulasi pemompaan proton membran plasma di daerah pemanjangan tunas, dan menyebabkan potensial membran (tekanan melewati membran) menjadi meningkat dan menurunkan pH di dalam dinding sel. Pengasaman dinding sel tersebut mengaktifkan enzim ekspansis. Enzim tersebut memecahkan ikatan hydrogen antara mikrofibril sellulosa, dan melonggarkan struktur dinding sel. Penambahan potensial membrane, akan meningkatkan pengambilan ion ke dalam sel, yang menyebabkan pengambilan air secara osmosis. Pengabilan air, bersama dengan penambahan plastisitas dinding sel yang memungkinkan sel untuk memanjang.

Sumber:
Anonim. 2013.  http://www.fisiologi-pohon.com/. Diakses tanggal 29 September  2013.
Chambell. 2000.Biologi. Erlangga: Jakarta.
Dahlia. 2001. Petunjuk Praktikum Fisiologi Tumbuhan. UM Press: Malang.
Hilman. 1997. Pertumbuhan Tanaman Tinggi. Cakrawala: Yogyakarta.
Setjo,Sustetyoadi.2004. Anatomi Tumbuhan. UM Press: Malang.

0 komentar :

Posting Komentar